Telah hampir sepuluh tahun aku tak berjumpa dengan teman
baikku; Rani, sekaligus sahabat baikku selama empat tahun semasa kuliah. Saat perayaan
wisuda pada 21 november 2015 itulah hari terakhirku bertemu dengannya. Setelah itu
dia langsung pamit dan mengabarkan bahwa dia akan kembali ke kampung
halamannya. Sedih rasanya. Semua teman kembali ke kampung halamannya
masing-masing. Cuma Rani yang paling jauh dari teman-teman yang lain, yaitu
Medan.
Saat itu, kami satu kelas sekaligus satu genk juga. Aku,
Rani, Amri, Azizah, Sandra, Listi, Indah, dan Tri. Kemana-mana selalu bersama. Dari
semester satu hingga semester delapan tak pernah berpisah. Dari pagi ke sore
selesai perkulihaan pun tetap sama. Dari sarapan, makan siang, nongkrong, ke mall,
karaokean, seru-seruan hingga dalam organisasi pun kami bersama. Hingga keakraban
kami diketahui oleh para dosen-dosen dan menyangka kami berdua ialah sepasang
kekasih. Tapi kami tidak pernah menanggapi. Kami hanya berteman, tidak pernah
mengharap lebih dalam ikatan pertemanan.
Saat perpisahan itu, kami hanya berkabar-kabar lewat sosial media
saja. Aku pikir Rani tak akan pernah kembali. Tepat pada hari selasa 16 Juni
2025 dia mengabarkan lewat whatsapp akan berkunjung ke jambi karena Dita adik sepupunya
akan melangsungkan pernikahan di bulan november. Tak disangka akhirnya. Kuatur jadwal
kosongku untuk bisa bertemu dengannya.
Singkat cerita, Rani berangkat dari Medan pukul enam pagi di
hari kamis. Dan akan merencanakan reunian itu di hari sabtu, 8 november 2025. Tepat
satu dekade perpisahan kami semua. Tak hanya aku, ada Amri, Cane, Karlina dan
Wahyu yang turut hadir dalam acara reunian tersebut. Kami menyebutnya ini
adalah reunian anak-anak organisasi Patriotik. Sekaligus membawa bojo dan laré dari mereka yang telah menikah. Sebelumnya
bingung memilih tempat yang cocok untuk anak-anak mereka untuk berlarian. Awalnya
di the 7 harvest, hanya saja di halaman belakangnya digunakan untuk acara pernikahan.
Akhirnya pindah tempat, yaitu di Mang Kabayan di Teras Mendalo.
Saat waktu itu
tiba, aku ke tempat penginapan Rani, karena dia menawarkan padaku untuk
serempak saja ke sana. Betapa bahagianya aku saat akan menuju ke sana. Berjumpa
dengan teman-teman baikku yang juga bertahun-tahun tak pernah berjumpa
lagi. Mereka mungkin tidak tahu, betapa
bahagianya aku saat bertemu mereka, karena aku selalu mengingat canda dan tawa
kami saat bersama-sama di tahun itu (2011-2015). Banyak keseruan dan kegilaan
yang begitu mengenang. Hingga ingin rasanya aku memeluk mereka semua saat
berjumpa untuk terakhir kalinya. Hanya Amri dan Wahyu saja yang kupeluk, tentu
tidak dengan mereka teman perempuanku.
Saat perjumpaan
itu, banyak cerita yang kembali diceritakan. Tentu tak ada yang berubah satu
sama lain. Masih seperti dulu heboh dan tidak ada ketercanggungan. Terlebih aku
yang sama sekali tidak pernah berubah selama bertahun-tahun dalam kegilaan semasa
di kampus dulu. Tertawa bersama, apalagi kerusuhan anak-anak mereka yang masih
kecil bikin suasana menjadi heboh. Beruntung, rumah makan Mang Kabayan saat itu
sepi pengunjung. Sebab dari kami semua tetap melahirkan kehebohan keras yang
tentu akan mengganggu pengunjung yang lain.
Hingga tak
terasa tiga jam telah berlalu. Tak terasa cerita-cerita telah habis, begitupun
waktu. Rasanya sepuluh tahun untuk tiga jam tidak cukup untuk menyisakan kenangan
dan kerinduan. Perlu waktu berhari-hari untuk kembali mengenang dan keseruan
semasa empat tahun yang lalu. Setelah perjumpaan ini, apakah akan ada
perjumpaan berikutnya atau ini adalah perjumpaan yang benar-benar terakhir,
terutama kepada teman baik kami, Rani. Saat kau kembali pulang, doa yang baik
akan selalu menyertaimu. Hati-hati di jalan. Semoga di lain waktu kita dapat
bertemu kembali dengan cita-cita kita di masa tua.

0 Comments