Sebuah foto telah membuatku mengenang sesuatu akan dirimu. Kau tersenyum saat menatap layar ponselmu dan secangkir kopi di atas meja yang belum kau seduh. Entah kapan masa itu pernah terjadi. Aku lupa, bahkan kau mungkin juga lupa dulu kita sering keluar di jam kerja dan pergi sekedar itu duduk menatap bersama. Kita tidak peduli tentang sesuatu yang terjadi.

Dongker yang kau kenakan membuat semuanya terjadi bersama. Mengangkat sesuatu yang berat, membeli makanan dengan porsi yang besar, ke masjid, ke rumahmu, ke rumahku, ke pasar, berkeliling menghitung jarak yang kadang senja pun tak pernah kita sadari. Tak ada seorang pun yang dapat mencegah hari-hari yang sering kita lalui.

Apakah aku bahagia, tentu saja. Melalui hari-hari bersamamu tentu menjadi tonggakku untuk melupakan kehidupan lukaku di masa lalu. Luka yang aku saat itu sulit sekali untuk kusembuhkan. Sebab begitu banyak kenangan yang tak mungkin bisa aku lupakan dengan mudah. Pikirku. Ternyata semudah memecahkan segelas kaca ketika kau hadir sebagai obat yang tak pernah orang lain temukan kecuali dirimu.

Kau begitu mahir melakukan sesuatu yang selalu membuatku bahagia. Tentunya aku akan merayakannya. Saat ketika ulang tahunmu, membelikanmu sesuatu yang kau butuhkan, mengajakmu makan, membelikanmu kopi, dan yang pasti kau butuhkan adalah sebuah kepedulian. Sulit rasanya jika aku tak peduli terhadapmu. Bahkan saat aku jauh dari kota kita, aku akan selalu memikirkanmu dan itu semua masih kulakukan hingga saat ini.

Tapi kau tak pernah mengerti dengan segala perasaanku. Aku tahu kita tidak bisa saling memiliki, tapi kita bisa saling memahami tanpa perlu kau meletakkan hatimu jika kau tak menginginkannya. Kau pasti tak pernah merasakan bahwa khaki yang telah merubah segalanya. Semenjak itu, semua yang pernah kita lakukan, sedikitpun tak pernah lagi ada. Itu terjadi saat aku sendiri yang menyadari akan hal itu. Kau berubah.

aku yakin, kau telah membaca susunan kata-kataku yang kutulis, dan kau baca bersamanya, lalu menyimpulkan sendiri di suatu kamarmu sebelum tidur. Atau mungkin bisa saja kau tahu bahwa aku terlalu memerhatikan wajahmu saat aku curi-curi. Sebab itu terjadi secara tiba-tiba. Dan membuat perasaanku menjadi kelam karena perbuatanmu. Kau menganggap aku berubah, tapi aku menganggapmu telah pergi. Tak ada lagi kepedulian. Perasaanku jadi murung, sehingga teman-temanku menganggap bahwa aku marah kepada mereka.

Jika kau mengetahui aku mencintaimu selama ini, dan menganggap ini sudah keterlaluan. Aku minta maaf. Sebab hanya kau yang dapat membuat hidupku seperti di era 𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓. F1