Akhir-akhir ini, atau mungkin bisa dibilang beberapa minggu
belakangan ini, hidupku seperti tidak ada tujuan lagi. Tidak ada semangat,
tidak ada gairah. Hanya ada kesepian. Hari-hari yang kulewati terasa hampa, ia
berlalu begitu saja tanpa ada yang terlihat istimewa. Apalagi semenjak
perkelahian itu, seperti takdir bahwa di depan hanya ada api. Apa mungkin itu
barangkali. Pikiranku kadang kosong, merasa kesepian di dalam keramaian. Menganggap
bahwa orang-orang membenciku. Menganggap bahwa seseorang terasa tidak peduli
padaku. Bahkan kebaikan-kebaikanku seperti tidak berarti.
Bahkan aku sudah bosan bekerja. Lelah menjalani hidup, dan
ingin rasanya mengurung diri dari keramaian. Bahkan puluhan teman di tempatku
bekerja tak mengerti perihal diam yang aku geluti. Aku tahu semua itu bukan
urusan mereka. Tapi lihatlah, bodohnya mereka tak ada satupun yang memahami ilmu
psikologis seseorang. Tak ada yang mengerti membaca karakteristik seseorang.
Hidup kadang lelucon. Itu terjadi ketika aku sedang berada
di luar bersama teman-teman. Lepas tanpa beban. Padahal hanya sedikit candaan. Lalu
ketika pulang, dunia seperti tengah malam dalam duapuluh empat jam. Entah aku
sedang di fase depresi atau sedang gila. Masa depan terus-terusan menghantuiku.
Untungnya, aku terlihat masa bodoh dihadapan orang-orang,
dan semuanya menganggapku bahagia. Masalah tak pernah hinggap di kepalaku. Hari-hari
kulalui begitu santai tanpa kemelut pikiran. Untungnya, aku pandai bermain
peran.
Pernah aku lupa sampai terlalu lebar bercerita tentang
masalah. Dan celakanya pikiran mereka tak sejalan. Berharap mereka jadi sosok
pendengar yang baik. Tapi nyatanya salah. Semua kacau. Harusnya aku tak terlalu
berkeluh kesah dengan yang sedang terjadi. Kali ini, aku harus lebih mengurung
diri.
Hahaha ... mungkin aku yang terlalu sedih. Padahal hidup ini
sebentar. Tapi kesedihanku selamanya. Harusnya kalau gelisah gini aku mengadu
pada Tuhan di tengah malam. Tapi aku lupa kapan terakhir. Bisa saja dosa-dosa
yang melumuri. Tapi malah terlena dengan keadaan yang terus tenggelam. Entahlah,
hidupku terus saja rapuh. Seperti memikul gunung untuk memulainya. Biasanya ada
seseorang sebagai penyemangat. Kali ini nihil, tak seorangpun. Tuhan,
adakah petunjukmu tentang segala gundah dan hening di dalam diriku?

0 Comments