![]() |
| sumber: https://www.beautynesia.id/ |
Menikah? Sebenarnya
sakit hati bila ada teman membahas tentang pernikahan. Sebab kata menikah
seperti pisau yang menusuk tubuhku berkali-kali. Ia terucap dari mulut
orang-orang yang sejatinya hanya melihat sejauh mana aku hidup menjadi normal
pada umumnya. Padahal ucapan itu sejatinya ialah belati yang siap menikamku
hidup-hidup. Jadi menikah tak perlu dibahas-bahas lagi.
Aku mungkin
adalah manusia yang kurang beruntung untuk mencapai ke jenjang itu. Tapi mengapa
orang-orang menuntut untuk itu. Mungkin menurut mereka menikah adalah sebuah
kalimat puitis yang menggugah kepuasan mereka. Padahal itu adalah sebuah
pertanyaan yang mendalam dan memilukan dalam hidupku. Mereka tidak tahu bahwa
pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul
seperti arus yang tak berujung yang membawaku dalam perjalanan penemuan diri. Pertanyaan
tentang arti hidup, makna cinta, dan batasan individu dalam konteks kehidupan
berkeluarga dan kehidupan bersama.
Padahal sebagian
dari temanku tahu apa yang terjadi pada diriku. Tentang traumatik yang terjadi
di tahun 2019. Hanya saja aku tak ingin bercerita tentang apapun itu. Apalagi membahasnya
panjang lebar hingga semuanya tahu. Sebab sebagian kepala hanya menginginkan
informasi saja dibanding turut sedih dan menjadikan posisinya seperti aku.
Ketahuilah,
aku sama halnya seperti orang-orang, juga ingin menikah. Hanya saja aku
belum menemukan orang yang tepat. Tapi orang-orang disekelilingku entah mengapa
menikah jadi ajang perlombaan. Ketika belum sampai garis akhir, selalu dituntut
dengan berbagai macam pertanyaan. Mereka tidak mengerti apa yang dirasakan
batinku ketika mereka menuntut untuk itu. Padahal aku bisa menentukan jalan
hidupku sendiri, termasuk kapan aku harus siap untuk menikah.
Menikah itu
memang gampang. Ya gampang memang. Tapi kehidupanku belum stabil untuk itu. Aku
masih belum bisa mengontrol hidupku sendiri maupun emosi. Sifat emosiku masih
selalu muncul jika hidupku merasa tidak tenang. Kadang juga aku ingin merasakan
kesendirian yang begitu lama untuk sebuah ketenangan. Seandainya jika aku sudah
menikah apa yang terjadi? Pernikahan bukanlah perjalanan yang pasti, tetapi
perjalanan yang membebaskanku untuk tumbuh, untuk mengeksplorasi dan untuk
menghadapi tantangan. Bahwa sejatinya, selama 30 tahun aku bisa menghadapi
tantangan itu sendirian saja. Dan tak perlu merepotkan orang lain, maupun kelak merepotkan pasanganku.
Jadi untuk
saat ini aku masih nyaman untuk sendiri. Menikmati uang hasil keringatku dan
menghabiskan waktu bersamanya. Kadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah
pernikahan adalah tentang menemukan kebahagiaan mutlak ataukah tentang saling
melengkapi dan tumbuh bersama dalam kebaikan? Bahwa ini masalah serius tentang
yang terjadi dalam hidupku. Tapi orang-orang tidak mengerti proses.
Asupan-asupan
tentang pertanyaan yang selalu menyerang kemarin menyadari bahwasanya aku tak
perlu lagi takut pada pertanyaan yang tak kunjung usai itu. Dalam beragam
pertanyaan yang menyerang, aku jadi mengerti bahwa ada sebuah pola kecil
menyangkut kepedulian terhadap keinginan orang-orang yang menginginkan aku
merasakan apa yang mereka rasakan. Kau tahu, tak perlu risau kalian tentang hal
itu. Aku bisa menciptakan kebahagiaanku sendiri dengan berbagai cara selain
menikah.
Hanya saja mereka tidak tahu, bahwa menikah adalah bukanlah sebuah cita-cita, melainkan cita-cita itu adalah sebuah kematian. Apakah sebuah pernikahan yang menjemputku ataukah kematian. Apalagi saat ini aku sedang terluka. Jika aku tak egois, bisa saja aku langsung menikah dan berbagi luka kepada pasanganku sebagai gambaran untuk pameran bahwa aku telah menjadi seorang suami kepada orang-orang. Untuk apa? Tak perlu aku melakukan itu. Bahwa yang aku perlukan saat ini adalah seorang perempuan yang bisa berbicara berdua dan begitu sangat mencintaiku sampai ia tak ingin aku tinggalkan. Mengerti keadaanku bagaimana aku saat ini. Bahwa sejatinya, tujuan dia hanyalah ibadah panjang kepada Allah untuk bisa selalu berdua bersamaku. Sampai maut memisahkan kami berdua. dan pasti aku akan siap untuk menikah.

0 Comments