Kembali lagi dengan kesimpulan akhir bahwa tak ada lagi kisah yang harus kami miliki. Dari perjalanan setahun terakhir di 2023 yang begitu terjal sampai pada akhirnya selesai, akupun merelakan segala kepergian. Bahwa puisi-puisi yang selama ini aku ciptakan sebagai hadiah, telah pupus sudah. Antologi yang menjelma buku ini gagal terbit di bulan impian, bahkan di hari itu. Di waktu kejutan berlangsung akupun mendapati rasa malu yang ditampar ucapannya yang meluka. Hatiku yang tak bertelinga; sedih, turut merasakan betapa pilu sepenggal ucap yang membuatku tak bisa lagi berkata-kata. Untung saja buku ini gagal, hingga menjadi perjalanan yang melelahkan hingga sampai ke tangannya.

Aku pikir malam itu telah jadi malam yang buruk dalam hidupku. Yang aku rasa cintanya berimbang, ternyata dia menyimpan kebencian yang begitu dinanti-nanti, sehingga ucap bibirnya yang tajam mampu membuatku tak bisa tidur sampai esok pagi.

Padahal jika buku ini kuberikan tepat dimalam itu, entah apa yang akan terjadi. Pasti semua teka teki tanpa dibacanya akan memecah dan bisa jadi menjalar ke pintu-pintu. Segala ekspetasiku akan berantakan, tak ada kenangan, tak ada kerinduan.

Tak apa jika ini tidak sampai di tanganmu apalagi kau baca sebelum kau tidur. Dan aku idam-idamkan terpajang manis di lemari kaca ibumu. Tak perlu. Cukup ini sebagai daftar pustaka yang akan segera usang hilang ditelan masa lalu. Orang-orang yang mengenal tak perlu tahu apa yang terjadi pada kita. Tak perlu mereka turut merayakan apa yang kita rayakan. Cukuplah ini jadi dimensiku yang lain. Dimensi pada sesuatu yang kau anggap ini untuk seseorang yang aku cintai, tapi maaf salah satunya bukan untukmu.

Itulah mengapa aku membenci orang-orang yang memiliki kehidupan baru. Sebabnya sejarah telah mencatat bahwa seseorang akan begitu cepat melupakan dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya yang kesepian di masa lalu. ia akan lupa segalanya.

Terimakasih untuk segala hal yang ada pada dirimu sebagai tumpuan dimensiku dalam merangkai kata-kata hingga akhirnya tercipta puluhan puisi yang telah tersusun rapi ini yang aku anggap ini sebagai manuskrip buku yang telah diciptakan. Bahwa segala hal yang terjadi memang tidak pernah sia-sia, dan kehilangan bukanlah suatu hal yang harus diratapi. Dan berpikir ini akan terus berlanjut bahwa siapa seseorang selanjutnya yang menjadi cerita bersejarah yang akan menjadi teka-teki dalam cerita selanjutnya.

Sekarang, aku tak hendak pulang. Kini kebahagiaanmu adalah milikmu. Kau yang merancang hidupmu, bukan lagi aku. Jika sekarang harimu bahagia, itu karena seseorang yang sekarang di sampingmu. Tak peduli jika kau menemukan manuskrip ini. Sebab besok, lusa atau mungkin di waktu kapan kau akan menemukannya, aku tak lagi peduli; kecuali kau masuk ke kamarku.

Tapi maaf, aku tak ingin buku ini kau baca dan kau temukan. Sebab tak akan ada arti apapun lagi. Segala tetap menjadi sia-sia untuk dimaknai dalam hatimu. 30