Dari judul besarnya saja, itu
sudah membuat pertanyaan besar. Bagaimana tentang sebuah kesan. Dari arti
sempit, mungkin dihubungkan dengan pribadi saya –tentang asmara.
Jika dibilang asmara, tidak juga.
Mungkin bisa dibilang kedekatan, maupun keakraban. Semula dari awal pertama
kali kenal, awalnya sama sekali tidak memiliki kesan yang pas. Seleraku pada
waktu itu begitu tinggi. Tapi lama kelamaan kesan itu mulai muncul. Kesal awal
yang kemudian setelah berkenalan adalah sifatnya yang begitu baik. Apalagi dia
tidak bisa marah. Itu saya petik dari sosoknya. Dari sifatnya saja, itu sudah
menunjukkan kesan yang luar biasa. Semoga dengan perkenalan selanjutnya akan
menjadi kedekatan yang begitu akrab.
Jelang setelah beberapa minggu,
bahkan berbulan-bulan. Benar adanya. Semakin hari kami semakin saja memiliki
kesan yang hebat. Aku tahu dia sangat butuh apa yang aku pahami dalam dirinya,
semejak itulah apapun yang dia inginkan akan aku berikan.
Semakin lama, aku menjadi semakin
paham dari pribadinya. Aku tahu kapan dia ingin sendiri, kapan dia butuh, kapan
dia lapar, dan kapan dia marah. Marah? Ya, dia pernah sesekali marah. Tapi
kemarahannya tidak menunjukkan ekspresi yang serius. Yang saja merutuk sesuatu
yang biasa saja dari mulutnya. Terkadang aku mencoba untuk menggurauinya. Kali
saja dia bisa lebih dari batas kewajarannya. Tapi dia tidak bisa. Bukan tidak
bisa, tapi dia tidak mau marah dihadapanku. Aku tahu itu.
Tapi semakin lama, sikapnya
begitu sangat pesat berubah. Dia bukan sosok seseorang yang aku kenal
sebelumnya. Aku bukan ingin mengungkit tentang kebaikanku. Selama ini dia hanya
lupa tentang kebaikanku kepadanya. Terkadang dia cuek, terkadang dia tidak
menghiraukan, terkadang dia tidak peduli, terkadang dia pergi berlalu begitu
saja. Tanpa pernah sedikitpun mau mengerti apa yang aku mau. Dia tidak pernah
lagi perhatian. Sikap apatisnya sekarang begitu besar. Apa yang berbeda
darinya sekarang, tak pernah dariku sedikit saja untuk balas dendam. Malah aku
semakin perhatian dan peduli dengannya. Tapi dia tidak mengerti tentang hal
itu.
Sebelumnya, aku sudah
menyampaikan, seperti mengutarakan tentang apa yang sedang terjadi padaku
terhadapnya. Aku hanya ingin diperhatikan. Itu saja. Dia mengatakan ya, tapi
masih saja terus melakukan hal-hal diluar keinginanku. Padahal apa yang dia
inginkan pasti aku berikan. –tapi masih
berbatas dan berwajar. Tapi entah, rasanya aku ingin saja berhenti peduli lagi
padanya.
Saat ini,
kesanku padamu sekarang biasa-biasa saja. Masih ketinggalan jauh dengan
seseorang yang berinisial f, dan kepedulianku masih belum berbatas. Jika itu
sudah berbatas, maaf saja aku akan mencari pengantimu yang jauh lebih peduli
dari apa yang aku harapkan. Semoga saa itu tidak terjadi. af
0 Comments