![]() |
https://thegorbalsla.com/ |
Rasanya baru kemarin aku tidak menyukaimu, apalagi sampai mengagumimu. Mustahil jika itu terjadi. Tapi nyatanya aku malah memujamu; seperti aku memuja huruf f.
Bodohnya aku mengagumi seseorang hanya dalam bentuk fisik yang indah, sementara
dunia masih mereka kejar. Entahlah dengan kebodohanku yang begitu mudah jatuh
cinta itu. Tapi semua telah berlalu sekarang.
Entah kenapa kini aku merasa jauh lebih baik dari masa lalu.
Entahlah! Aku merasa Tuhan begitu adil untuk menjemputku sebagai seseorang yang
harusnya menjadi lebih baik. —dan Tuhan pun mengirimkan seseorang yang ternyata
benar-benar seperti seorang malaikat. Seseorang yang dideretkan bersama para
kekasih hati, kunobatkan langsung malaikat itu yang pasti akan menjadi nomor
satu. Ini terlihat gila, memang. Padahal aku hanya sekedar menganggap,
"hey dia teman baikku!" yang jelas dia masih banyak kurangnya dalam
pandangan kepribadianku. Jauh dari apa yang selalu aku harapkan.
Kini nyatanya semenjak aku menjadi lebih dekat, kemistri itu
tiba-tiba datang; hingga menjadi sebuah kenyamanan. Awalnya memang biasa saja,
yang terkadang sifatnya mengasutku untuk menjadi benci padanya. Apalagi
semenjak kejadian aku berhenti dari tempat yang kusebut topeng, aku semakin
benci dengannya. Aku anggap dia manusia paling jahat karena ketika aku meminta
pertolongan dia tidak bisa membantu. Padahal demi dia aku rela, sampai saat inipun
begitu; rela demi apapun untuknya.
Hingga
hampir sebulan aku pergi dari pandangannya. Aku anggap kita tidak pernah kenal.
Tapi kepergian itu, aku berharap kau resah gelisah. Biar aku bahagia jika aku
tahu. Eh tapi aku yang resah gelisah tidak melihat matamu. Rasanya 1000 tahun
aku tak melihat matamu, rindu berteriak sudah. Kemudian aku melipat jarak.
Memang kerinduan tak dapat berbohong. Lalu semenjak itu, aku jadi tidak bisa
jauh pergi dengannya. Tiba-tiba aku merasa terluka jika berjarak. Rindu terus jadi
belati yang terus melukai.
Aku
sudah jatuh cinta. Benar-benar sudah jatuh paling dalam ke sudut jurang.
Rasanya mengagumi yang lain selain dia aku merasa berdosa. Ketika aku melihat
tubuhnya, aku sudah jatuh cinta, apalagi jika aku menatap matanya, aku seperti
didorong kejurang cinta paling dalam. Andai takdir dapat memakluminya, mungkin
dia yang akan menjadi manusia sematiku. Tapi ternyata Tuhan menegur dengan cara
lain.
Tuhan
menegurku dengan cara lain, dengan begitu halus. Ketika aku benar-benar jatuh
cinta sedalam-dalamnya sampai ke sudut jurang paling terdalam, ternyata ada
ranting yang menarikku sebelum aku sampai ke dasar jurang itu. Dia berkata, “di
sana terlalu gelap, aku tak ingin kau kelam di dalamnya” –saat setelah aku
memohon sujud hajatku padaNya. Meminta aku agar bisa terus mencintainya, agar
dia pun juga demikian. Saling mencintai. Ketika Tuhan telah memberikannya
seseorang yang membahagiakannya sepanjang walau itu bukan aku. Ternyata aku
tersadar. Sadar bahwa aku harusnya biasa-biasa saja. Tepat seperti awal jumpa
dulu. Cukup sahabat terbaik. Hanya saja aku yang terlalu berlebihan. Terlalu
buta dengan apa-apa yang baik. Padahal semua itu, masih ada kurangnya.
1 bulan aku meninggalkan, kemudian rindu tiba-tiba datang memberi kejutan. Hingga sampailah aku mencintainya. Tapi sayang, 2 bulan saja aku mendambanya. Namun
aku begitu bahagia. Tidak merasa lagi dikecewakan, tidak merasa lagi harus selalu
sedih, dan juga terlalu berharap lebih. Semua benar-benar berubah menjadi
biasa-biasa saja. Hajatku yang kuat, luluh dihantam perasaan dari Sang Pemilik
Hati. Dia ingin aku bahagia dengan cara yang lain. Aku mengerti. Apapun yang
terjadi. PilihanNya akan selalu baik untukku. Terimakasih. Terimakasih untuk
menjauhkanku dari segala macam kesedihan; dan selamat jalan yang aku anggap
segala kebaikan. iy